Banyak yang tidak mengetahui bahwa Panjaitan adalah Bonaniari
Nainggolan Parhusip, termasuk Panjaitan itu sendiri, tapi tidak bagi
Parhusip, karena setiap marga Parhusip wajib tau hal ini. Itu yg saya
ketahui & berdasarkan pengalaman saya ketika berkunjung ke Samosir.
Untuk itu saya coba menjelaskan
berdasarkan yang saya ketahui dari berbagai sumber baik dari Parhusip di
Ninggolan (Samosir), Parhusip di perantauan, dari dongan tubu Panjaitan
dll. Kalau ada kesalahan atau kekeliruan mohon di koreksi, oke…! Mari
kita mulai…!
Ada baiknya kita liat dulu Tarombo Nainggolan (kalo salah mohon dikoreksi).
Raja Nainggolan, memiliki dua anak yaitu:
Toga Si Batu & Toga Si Ruma Hombar
Toga Si Batu & Toga Si Ruma Hombar
Toga Si Batu, memiliki anak 2 orang yaitu: Batuara & Parhusip.
Sedangkan Si Ruma Hombar memiliki 4 anak yaitu:
Lumban Nahor, Mogot Pinayungan, Lumban Siantar & Hutabalian.
- Toga Parhusip (generasi 1) punya anak 1 Tuan Marnaning (2)
- Tuan Marnaning punya anak 1 Namora Jollung (3)
- Namora Jollung punya anak 1 Namora Sobiason (4)
- Nomora Sobiason punya anak 1 Tuan Saribu Pasir (5)
- Tuan Saribu Pasir punya anak 1 Pasir Lando (6)
- Pasir Lando punya anak 1 Lindi Ni Aek (7)
Mulai dari Generasi 1 Toga Parhusip
sampai dengan generasi ke 6 Pasir Lando masing2 punya anak Cuma 1. Bisa
dibayangkan dalam 6 generasi kurang lebih sekian ratus tahun hanya hidup
sendiri tidak punya saudara.
Nah, sampai di sini generasi ke 7 yaitu Lindi Ni Aek beristrikan br Panjaitan bernama Pintaomas, boru dari Si Raja Sijorat II (Panjaitan). Sejak beristrikan br Panjaitan keturunannyapun banyak.
Oke sekarang Saya ulangi lagi biar lebih jelas, Lindi Ni Aek beristrikan Pintaomas br Panjaitan, putri (boru) dari Raja Sijorat II (PANJAITAN). Anaknya ada 5 orang, 4 laki-laki & 1 perempuan:
- 1. Marsanti Ulubalang
- 2. Girsang Matabun
- 3. Pintu Manaor
- 4. Daon Sihol
Anak perempuannya Boru Limbong Monang, menikah dgn Marga Sirait.
Dari ke 4 anak-anaknya inilah sebutan
Marga Parhusip jika saling bertemu bertarombo. Itu sebabnya Marga
Panjaitan disebut Bona Ni Ari Marga Parhusip. Semenjak itu keturunan
Parhusippun bertambah Banyak.
Cukup di situkah hubungannya…? Tidak..!
Karena dibalik cerita ini semua ada cerita yang sangat heroik &
menegangkan, mudah2an cerita saya tidak salah karena saya dapatkan
langsung dari Marga Parhusip di Nainggolan (Samosir) pada saat saya ke
sana. Mereka (marga Parhusip) yg kebetulan ada disitu langsung berkumpul
di warung (kede) tempat saya istirahat & langsung memberi salam
dengan sangat hormat kepada saya. Sayapun kaget & bingung campur
bangga ada apa karena saya belum tahu ceritanya saat itu.
Beginilah mereka bercerita ke saya secara singkat.
Setelah berapa generasi Parhusip Cuma
punya anak 1 maka timbullah keinginan Parhusip & Saudara saudara yg
lainnya dari marga Nainggolan untuk mencarikan istri buat si Lindi Ni
Aek dari boru (perempuan seberang) maksudnya dari luar samosir yaitu
boru Toba. Singkat cerita diculiklah boru Panjaitan dari daerah Balige
(Toba) dibawa ke Samosir (Nainggolan). Terjadilah perselisihan antara
marga Panjaitan dengan Nainggolan. Terdengar kabar bahwa Marga Panjaitan
akan datang menyerang Marga Nainggolan ke Samosir. Singkat cerita
terjadilah kesepakatan damai setelah Parhusip menceritakan niat baik
mereka. Itu sebabnya Marga Parhusip sangat hormat kepada marga
Panjaitan. Karena banyak rintangan yang dihadapi marga Nainggolan,
tetapi karena kebesaran hati Marga Panjaitan terjadilah kesepakatan
perdamaian.
Kemudian berpesanlah Si Lindu Ni Aek kepada generasinya semua, kira-kira begini katanya: “Kita
harus hormat kepada marga Panjaitan karena merekalah yang memberi
keturunan kepada kita menjadi banyak, sepanjang hidup kita harus
menempatkan mereka sebagai HULA-HULA & boru Panjaitan sbg Pariban”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar