Selasa, 21 Agustus 2012
ENAM KALI AKU MENANGISI ADIKKU
Aku lahir di suatu desa di pegunungan yang sangat terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan kami, setiap hari dengan berpeluh orangtuaku membajak lahan kami yang tandus. Dan, aku mempunyai seorang adik laki-laki yag usianya tiga tahun lebih muda dari aku. Suatu saat, karena tertarik untuk membeli sebuah sapu tangan yang di pakai oleh banyak gadis di desa kami, aku mencuri uag lima puluh sen dari laci ayahku. Ayahku segera menyadari kehilangan uang tersebut. Ayah memerintahkan aku dan adikku untuk berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. “Siapa yang mencuri uang itu ?” ayah bertanya dengan sangat marah. Aku terdiam, terlalu takut untuk berbicara. Ayah semakin marah ketika tidak ada yang mengaku, dan ia berkata, “Baik , kalau begitu kalian berdua akan ku hajar !” Ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya !” Tongkat panjang itu segera bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Ayah begitu marah, sehingga ia lupa diri dan berus menerus memukul adikku sampai beliau kehabisan nafas. Sesudah itu, ayah duduk di atas ranjang batu kami dan memarahi adikku, “Kamu sudah belajar mencuri sekarang, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang ? …. Kamu layak dipukul sampai mati !!! Kamu pencuri tidak tahu malu !!! Malam itu Ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Pada tengah malam, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semua telah terjadi.” Aku masih saja membenci diriku, karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengakui perbuatanku. Bertahun-tahun telah lewat, tetapi kejadian tersebut seakan baru terjadi kemarin. Aku tak pernah melupakan wajah adikku waktu ia melindungiku. Ketika itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun. Setelah adikku lulus SMP, ia akan melanjutkan ke sebuah SMA di kabupaten. Pada saat yang bersamaan, aku di terima disebuah universitas propinsi. Malam itu ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, terus-menerus sampai menghabiskan berbungkus-bungkus rokok. Aku mendengarnya menggerutu, “Kedua anak kita memberikan hasil yang sangat baik…hasil yang sangat baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya ? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus ?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar menghampiri ayah dan berkata, “Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku. ”Ayah mengayunkan tangannya dan memukul wajah adikku. “Keparat, mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah ? Sekalipun hal tersebut berarti aku harus mengemis dijalanan, aku akan tetap menyekolahkan kalian berdua sampai selesai !!” Setelah itu ayah mengetuk setiap rumah di desa kami untuk mencoba meminjam uang. Dengan penuh kelembutan, aku menjulurkan tanganku ke wajah adikku yang membengkak. Aku mencoba menasehatinya, “Seorang anak laki-laki harus melanjutkan sekolahnya. Jika tidak, maka ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku seorang wanita. Sekolah tidaklah terlalu penting. Aku telah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke universitas. Pada keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, di luar dugaan, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, “Kak, masuk ke universitas itu tidaklah mudah. Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimi-mu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, sambil menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Saat itu adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang hasil pinjaman ayah pada beberapa warga desa, ditambah dengan uang dari adikku (hasil kerja adik sebagai kuli panggul semen di lokasi konstruksi), akhirnya aku berhasil melewati tahun ketiga di universitas. Pada suatu hari, ketika aku sedang belajar dikamar, teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk desa menunggumu di luar !” Mengapa ada seorang penduduk desa mencariku ? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku bertanya kepadanya, “Mengapa tidak kamu katakan bahwa kamu adalah adikku ?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihatlah penampilanku. Apa yang akan mereka pikirkan, jika mereka tahu bahwa aku adalah adikmu ? Apakah mereka tidak akan menertawakanmu ?” Aku merasa sangat terharu dan air mata kembali mengalir dari mataku. Aku membersihkan semua debu yang melekat pada adikku, dengan agak tersendat-sendat aku berkata, “ Aku tidak peduli omongan siapapun ! Kamu adalah adikku…apapun juga ! Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu…” Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya di rambutku, dan kemudian menjelaskan, “Aku melihat semua gadis di kota memakainya. Jadi, aku pikirkamu juga harus memakainya. “Dan, aku pun tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku memeluk adikku, menangis dan menangis… Waktu terus berlalu, adikku telah berusia 20 tahun sedangkan aku berusia 23 tahun. Saat aku pertama kali membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan rumahku terlihat bersih. Setelah pacarku pulang , aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita !” Ibu hanya tersenyum dan berkata, “Ini adalah karena adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya ? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.” Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat wajahnya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit obat pada lukanya dan membalut lukanya. “Apakah masih sakit ?” aku bertanya kepadanya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap saat. Hal tersebut bahkan tidak menghentikanku untuk bekerja dan … “ Di tengah kalimat itu ia berhenti… Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, air mataku mengalir deras turun ke wajahku. Tahun terus berlalu, dan saat aku menikah, adikku berusia 23 tahun, sedangkan aku berusia 26 tahun. Setelah menikah aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orantuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka selalu menolak. Mereka mengatakan, jika meninggalkan desa, mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat. Adikku juga tidak setuju, ia berkata, “Kak, jaga saja mertuamu. Aku akan menjaga ibu dan ayah disini.” Suamiku menjadi Direktur di pabrik tempat ia bekerja. Kami menginginkan agar adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada bagian pemeliharaan alat teknik. Tetapi, adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras untuk tetap bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari adikku terkena sengatan listrik ketika ia naik tangga untuk memperbaiki kabel listrik. Ia dimasukkan ke rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Setelah melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu. “Mengapa kamu menolak tawaran untuk menjadi seorang manajer ? Seorang manajer tidak akan pernah melakukan Sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihatlah dirimu saat ini, mendapat luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mendengarkan kami sebelumnya ?” Dengan wajah serius, ia menjelaskan. “Pikirkanlah kakak ipar…ia baru saja menjadi seorang direktur, dan aku tidak mempunyai pendidikan. Jika aku dijadikan seorang manajer, gossip seperti apa yang akan tersebar ?” Mataku dan mata suamiku dipenuhi oleh air mata, lalu keluarlah perkataanku dengan terpatah-patah, “tetapi, kamu kurang pendidikan juga karena aku !” “Mengapa membicarakan masa lalu?” jawab adikku sambil menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun, sedangkan aku berusia 29 tahun. Adikku berusia 30 tahun ketikaia menikah dengan seorang gadis petani dari desa kami. Pada acara pernikahannya, pembawa acara bertanya kepadanya, “Siapakah yang paling Anda hormati dan Anda kasihi ?” Bahkan tanpa berpikir, ia segera menjawab, “Kakak’ku.” Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika aku masih di sekolah dasar, sekolah kami berada di desa yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan dua jam untuk pulang ke rumah. Suatu hari, aku kehilangan salah satu sarung tanganku. Lalu, kakakku memberikan satu dari sarung tangannya. Dan, ia hanya memakai satu sarung tangan saja dan berjalan sangat jauh. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin, sampai-sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan berbuat baik kepadanya.” Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Bibirku begitu terasa berat dan sulit untuk mengucapkan kata-kata, “Dalam hidupku, orang yang kepadanya aku sangat berterima kasih adalah adikku.” Dan, pada saat yang paling berbahagia itu, didepan kerumunan orang banyak dalam perayaan itu, air mataku mengalir turun seperti sungai membasahi wajahku. …”Hmmm, bagaimana sahabat-sahabatku ?? Apakah cerita diatas menyentuh hatimu ?? atau justru biasa-biasa aja ??”… Anyway, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca Renungan hari ini, semoga ada manfaat yang bisa kita petik … Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita semua. “Dan perintah ini kita terima dari DIA : Barangsiapa mengasihi ALLAH, ia harus mengasihi saudaranya.” (1 Yohanes 4:21)
Sabtu, 18 Agustus 2012
Doa mengubah segala sesuatu.
Setiap orang di dunia pasti menginginkan adanya mujizat yang datang dari atas. Banyak contoh misalnya orang yang sakit keras dan hampir tidak bisa disembuhkan( sudah mencapai kanker stadium lanjut) selalu mengharapkan mujizat terjadi, di lain sisi, seseorang yang kondisi ekonominya hampir bangkrut berharap ada mujizat dari Tuhan dan ekonomi kembali pulih. Seseorang yang keluarganya broken home juga menginginkan adanya mujizat yang nyata dalam kehidupan keluarga.
Apakah mujizat masih terjadi? Kalau kita melihat banyak tokoh gereja yang juga mengalami mujizat; contoh : Abraham. Abraham adalah pahlawan iman yang mengalami mujizat dari Tuhan buktinya adalah Sara yang umurnya telah tua dan mandul, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan mujizat terjadi ; dimana waktu Sara umur 90 tahun, ia dapat hamil. Ini menunjukkan mujizat masih nyata. Bukan hanya itu saja, kita juga melihat contoh tokoh lain yang mengalami mujizat yaitu Hana. Hana adalah ibu Samuel ; seorang wanita yang dimadu oleh suaminya dan istri keduanya selalu mengolok-olok dan mengatakan mandul pada Hana, ia sangat sedih tapi ia percaya mujizat masih terjadi, dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan hasilnya ia mendapat anak dan menepati janjinya untuk memberikan anaknya pada Tuhan. Di samping itu banyak tokoh-tokoh Alkitab lainnya yang mengalami mujizat diantaranya Rahel, Ribka, dll.
Bicara tentang mujizat, mujizat adalah campur tangan Tuhan dan jawaban yang indah dari doa yang kita naikkan.Yakobus 5: 16 berkata” Doa orang benar bila didoakan akan sangat besar kuasanya…” Ini adalah satu janji dari Tuhan, apabila kita berdoa dengan sungguh kepada Tuhan maka mujizat akan terjadi, pemulihan akan terjadi.
Akan tetapi mujizat tidak selalu diartikan kesembuhan atau kesuksesan, mujizat adalah jawaban Tuhan yang terindah yang Tuhan berikan walau tidak sesuai dengan harapan kita. Tidak semua doa kita dijawab sesuai keinginan kita , akan tetapi doa orang benar bila didoakan akan sangat besar kuasanya…
Ada kalanya kita tidak mendapat jawaban doa dikarenakan ada beberapa faktor:
1. ada kebencian atau dendam dalam hati kita pada orang lain.
Kalau kita berdoa, meminta sesuatu tapi masih ada dendam maka tentulah Tuhan tidak akan menjawab karena Tuhan tidak mau kita ada menyimpan sesuatu yang buruk pada orang lain.
2. karena kita masih ragu akan pertolongan Tuhan dan kuasa Tuhan.
Sering kali kita berpikir apa ya Tuhan bisa menyelesaikan masalah kita… sedang masalah kita berat dan sepertinya Tuhan tidak mampu menyelesaikan masalah kita sehingga yang muncul adalah doa kita tidak dijawab oleh Tuhan…
Dalam Injil, dikatakan jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja kita bisa memindahkan gunung…. Maksud dari kalimat ini adalah kalau kita mau berdoa, doakan dengan penuh iman dan keyakinan, walaupun itu berat percayalah bahwa Tuhan akan menyelesaikan untuk kita dan mujizat pasti terjadi.
3. kita tidak menyerahkan beban kita pada Tuhan.
Matius 11:28 mengatakan” Marilah kepadaku, hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat Aku akan memberi kelegaan kepadamu” Ketika masalah berat, datanglah pada Tuhan serahkan semua pergumulan kita pada Tuhan dan Tuhan akan menjawab doa kita…
Doa dapat mengubah segala sesuatu dan mujizat pasti terjadi jika kita selalu bersandar pada Tuhan dan berserah padaNya , jangan pernah ragu dan yakinlah mujizat akan terjadi dan itu akan terjadi.
Sebagai penutup, penulis mau menceritakan mujizat yang Tuhan berikan dalam hidupnya, penulis selalu menyerahkan masalahnya pada Tuhan, 2 tahun yang lalu penulis didiagnosa terkena ” mioma” tapi penulis terus berdoa dan akhirnya berkat Tuhan, jawaban doa mengubah segala sesuatu dan beberapa minggu kemarin penulis memeriksakan diri ke dr yang lain dan jawaban Tuhan nyata” miom itu hilang” dan kesembuhan terjadi, mujizat terjadi, doa mengubah segala sesuatu.
Bicara tentang mujizat, mujizat adalah campur tangan Tuhan dan jawaban yang indah dari doa yang kita naikkan.Yakobus 5: 16 berkata” Doa orang benar bila didoakan akan sangat besar kuasanya…” Ini adalah satu janji dari Tuhan, apabila kita berdoa dengan sungguh kepada Tuhan maka mujizat akan terjadi, pemulihan akan terjadi.
Akan tetapi mujizat tidak selalu diartikan kesembuhan atau kesuksesan, mujizat adalah jawaban Tuhan yang terindah yang Tuhan berikan walau tidak sesuai dengan harapan kita. Tidak semua doa kita dijawab sesuai keinginan kita , akan tetapi doa orang benar bila didoakan akan sangat besar kuasanya…
Ada kalanya kita tidak mendapat jawaban doa dikarenakan ada beberapa faktor:
1. ada kebencian atau dendam dalam hati kita pada orang lain.
Kalau kita berdoa, meminta sesuatu tapi masih ada dendam maka tentulah Tuhan tidak akan menjawab karena Tuhan tidak mau kita ada menyimpan sesuatu yang buruk pada orang lain.
2. karena kita masih ragu akan pertolongan Tuhan dan kuasa Tuhan.
Sering kali kita berpikir apa ya Tuhan bisa menyelesaikan masalah kita… sedang masalah kita berat dan sepertinya Tuhan tidak mampu menyelesaikan masalah kita sehingga yang muncul adalah doa kita tidak dijawab oleh Tuhan…
Dalam Injil, dikatakan jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja kita bisa memindahkan gunung…. Maksud dari kalimat ini adalah kalau kita mau berdoa, doakan dengan penuh iman dan keyakinan, walaupun itu berat percayalah bahwa Tuhan akan menyelesaikan untuk kita dan mujizat pasti terjadi.
3. kita tidak menyerahkan beban kita pada Tuhan.
Matius 11:28 mengatakan” Marilah kepadaku, hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat Aku akan memberi kelegaan kepadamu” Ketika masalah berat, datanglah pada Tuhan serahkan semua pergumulan kita pada Tuhan dan Tuhan akan menjawab doa kita…
Doa dapat mengubah segala sesuatu dan mujizat pasti terjadi jika kita selalu bersandar pada Tuhan dan berserah padaNya , jangan pernah ragu dan yakinlah mujizat akan terjadi dan itu akan terjadi.
Sebagai penutup, penulis mau menceritakan mujizat yang Tuhan berikan dalam hidupnya, penulis selalu menyerahkan masalahnya pada Tuhan, 2 tahun yang lalu penulis didiagnosa terkena ” mioma” tapi penulis terus berdoa dan akhirnya berkat Tuhan, jawaban doa mengubah segala sesuatu dan beberapa minggu kemarin penulis memeriksakan diri ke dr yang lain dan jawaban Tuhan nyata” miom itu hilang” dan kesembuhan terjadi, mujizat terjadi, doa mengubah segala sesuatu.
Senin, 13 Agustus 2012
Katak Dan Siput

Katak menjawab: “Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak).”
Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.
Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik pikirkanlah apa yang kita miliki. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur dan kebahagiaan bagi kita sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)